Wednesday, February 27, 2013

Upacara Adat Sekaten Jogja

0 comments

Upacara Sekaten Kraton Yogyakarta


       Di lingkungan Kraton Yogyakarta, setiap tahun diadakan upacara adat yaitu Sekaten atau lebih dikenal dengan Pasar Malam Perayaan Sekaten. Karena sebelum upacara Sekaten dimulai, terlebih dahulu diadakan kegiatan 'pasar malam' selama satu bulan penuh. Tradisi ini sudah ada sejak jaman Kerajaan Demak (abad ke-16) dan diadakan setiap bulan Maulud, bulan ke-tiga dalam tahun Jawa, dengan lokasi di alun-alun Utara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
      Asal usul istilah sekaten berasal dari kata 'sekati', yaitu nama dari 2 perangkat pusaka kraton berupa gamelan 'Kanjeng kyai Sekati' yang ditabuh dalam rangkaian peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW. Pendapat lain menyampaikan bahwa Sekaten berasal dari kata suka dan ati (suka hati, senang hati) karena masyarakat menyambut hari Maulud dengan perasaan syukur dan bahagia pada perayaan pasar malam Sekaten di Alun-alun Utara.
       Ada pendapat lain mengatakan bahwa Sekaten berasaldari kata 'syahadataini' dua kalimat dalam Syahadat Islam, yaitu syahadat tauhid ( Asyhadu Alla ila-ha-ilallah) yang berarti: "Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah" dan syahadat rasul ( Waasyhadu anna Muhammadarrosululloh ) yang berarti :" Saya bersaksi bahwa nabi Muhammad utusan Allah".
       Sebelum upacara Sekaten dilaksanakan, ada dua persiapan yaitu persiapan fisik dan spiritual. Persiapan fisik berupa peralatan dan perlengkapan upacara, yaitu Gamelan Sekaten, Gending Sekaten, sejumlah uang logam, sejumlah bunga kanthil, busana seragam Sekaten, samir untuk niyaga dan perlengkapan lainnya termasuk naskah riwayat Maulud Nabi Muhammad SAW.
       Gamelan Sekaten adalah benda pusaka Kraton Yogyakarta yang disebut Kanjeng Kyai Sekati, yang terdiri dari dua rancak, yaitu Kanjeng Kyai Nogowilogo dan Kanjeng Kyai Guntur Madu. Gamelan Sekaten tersebut adalah warisan pusaka yang dibuat oleh Sunan Giri yang ahli dalam kesenian karawitan dan disebut sebagai gamelan dengan laras pelog yang pertama kali dibuat.
       Persiapan spiritual dilakukan beberapa waktu menjelang upacara Sekaten. Para abdi dalem Kraton Yogyakarta yang akan terlibat dalam upacara, sebelumnya mempersiapkan mental dan batin untuk mengemban tugas sakral tersebut. Khususnya bagi para abdi dalem yang akan bertugas memukul gamelan Sekaten, mereka mensucikan diri dengan perpuasa dan siram jamas.
         Upacara Sekaten dimulai tanggal 6 Maulud (Rabiulawal) pada sore hari dengan mengeluarkan gamelan Kanjeng Kyai Sekati dari tempat persemayamannya, Kanjeng Kyai Nogowilogo ditempatkan di Bangsal Trajumas dan Kanjeng Kyai Guntur Madu di Bangsal Srimanganti. Dua pasukan abdi dalem prajurit bertugas menjaga gamelan pusaka tersebut, yaitu prajurit Mantrijero dan prajurit Ketanggung. Dihalaman Kemandungan atau Keben banyak pedagang kecil berjualan kinang dan nasi wuduk.
         Pada malam harinya, selesai waktu sholah Isya, para abdi dalem yang bertugas melaporkan kepada Sri Sultan bahwa upacara siap dimulai. Setelah abdi dalem mendapat perintah dan petunjuk dari Sri Sultan, maka dimulailah upacara sekaten dengan membunyikan gamelan Kanjeng Kyai Sekati.
        Tepat waktu pukul 24.00 WIB, gamelan Sekaten dipindahkan ke halaman Masjid Agung Yogyakarta dengan dikawal kedua pasukan abdi dalem prajurit Mantrijero dan Ketanggung. Kanjeng Kyai Guntur Madu ditempatkan di pagongan sebelah selatan gapuran halaman Masjid Agung dan Kanjeng Kyai Nogowilogo di pagongan sebelah utara. Di halaman Masjid Agung, gamelan Sekaten dibunyikan terus menerus siang dan malam selama enam hari berturut-turut. kecuali pada Kamis malam hingga selesai sholat Jum'at siang harinya.
        Pada tanggal 11 Maulud (Rabiulawal), mulai pukul 20.00 WIB., Sri Sultan datang ke Masjid Agung untuk menghadiri Upacara Maulud Nabi Muhammad SAW dengan membacakan naskah riwayat Maulud Nabi yang dibacakan oleh Kyai Penghulu. Upacara Maulud Nabi selesai pada pukul 24.00 WIB, dan setelah selesai upacara semua perangkat gamelan Sekaten diboyong kembali ke bangsal Kraton. Pemindahan gamelan menuju bangsal kraton ini merupakan tanda bahwa Upacara Maulud Nabi telah selesai dan keesokan harinya berganti dengan Upacara Grebeg Gunungan Sekaten.
        Upacara Grebeg Gunungan sekaten dilaksanakan tepat tanggal 12 Maulud pada pagi hari sekitar pukul 09.00- 10.00 WIB. Masyarakat yang sudah menunggu dan sudah menginap semalam, serta yang datang mulai pagi usai sholat Subuh biasanya sudah menunggu di depan Kraton dan di Alun-alun Utara. Grebeg Muludan ini merupakan puncak peringatan Upacara Perayaan Sekaten. Gunungan yang berisi hasil bumi, yaitu beras ketan, makanan dan buah-buahan serta sayur-sayuran akan dibawa dari Istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju Masjid Agung. Setelah diadakan upacara Do'a di Masjid Agung, Gunungan yang melambangkan kesejahteraan atau kesuburan Kerajaan Mataram ini siap diperebutkan masyarakat diluar halaman masjid. Biasanya sebelum arakan Grebeg Gunungan sampai di Alun-alun , beberapa pasang Gunungan akan habis menjadi rebutan masyrakat dalam hitungan detik


Saturday, February 23, 2013

Gandrung Banyuwangi

0 comments

TARI GANDRUNG



A.    Nama Tari         : Tari Gandrung


B.  Asal Tari              : Banyuwangi, Jawa Timur

C.  Tema                    : Untuk perwujudan puji syukur setelah masa panen

D.  Sejarah tani gandrung :

Kata ""Gandrung"" diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada  Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik gamelan . GANDRUNG merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali. Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan "paju".  Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di yang terletak di ujung timur Pulau Jwa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.
Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya.Instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu baola  telah digunakan. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.
      Gandrung untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angkerGandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan  sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.
      Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.

E. Jenis tarian                        : Tradisional kerakyatan

F. Bentuk penyajian             : Berkelompok

G. Fungsi Tarian                  
Untuk sarana upacara adat, tarian gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan, dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya.

H. Tata Busana                     :

  • Bagian tubuh :
- manik-manik
- ikat pinggang dan sembong
  • Bagian kepala :
- mahkota yang disebut omprok
- tambahan ornamen bunga ( cundhuk mentul )
  • Bagian bawah :
-    menggunakan kain batik
I.  Rias                        : rias cantik

J.  Properti                 : selendang, kipas

K. Musik Pengiring   :
·         Eksternal :
      - satu buah kemplung atau “GONG”
- satu buah “kluncing” (triangle)
- satu atau dua buah biola
- dua buah “gendhang”
- sepasang “Kethuk”.
·         Internal :
            - diiringi panjak atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi semangat)
- Peran panjak dapat diambil oleh pemain kluncing.
- diselingi dengan “Saron” atau “Rebana” sebagai bentuk kreasi dan diiringi.

Friday, February 22, 2013

Sejarah Singkat Teater Indonesia

0 comments

Sejarah  Singkat Teater Indonesia

     4. Sejarah Teater Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang berarti gerak. Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan. Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa. Lahirnya adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan para pemuka agama, lambat laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya berupa nyanyian, puji-pujian, melainkan juga doa dan cerita yang diucapkan dengan lantang, selanjutnya upacara keagamaan lebih menonjolkan penceritaan. Sebenarnya istilah teater merujuk pada gedung pertunjukan, sedangkan istilah drama merujuk pada pertunjukannya, namun kini kecenderungan orang untuk menyebut pertunjukan drama dengan istilah teater.
     4.1 Mengapresiasikan Karya Seni Teater Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia bukan merupakan sesuatu yang asing bahkan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan, kegiatan teater dapat kita lihat dalam peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan, tingkat-tingkat hidup, siklus hidup (kelahiran, pertumbuhan dan kematian) juga hiburan. Setiap daerah mempunyai keunikan dan kekhasan dalam tata cara penyampaiannya. Untuk dapat mengapresiasi dengan baik mengenai seni teater terutama teater yang ada di Indonesia sebelumnya kita harus memahami apa seni teater itu ? bagaimana ciri khas teater yang berkembang di wilayah negara kita.
     4.2 Pengertian Teater
    arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan orang banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap, reog, band dan sebagainya.
   arti sempit adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media : percakapan,gerak dan laku dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada naskah tertulis denga diiringi musik, nyanyian dan tarian. Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Unsur-unsur teater menurut urutannya :
• Tubuh manusia sebagai unsur utama (Pemeran/ pelaku/ pemain/actor)
• Gerak sebagai unsur penunjang (gerak tubuh,gerak suara,gerak bunyi dan gerak rupa)
• Suara sebagai unsur penunjang (kata, dialog, ucapan pemeran) • Bunyi sebagai efek Penunjang (bunyi benda, efek dan musik)
• Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan kostum)
• Lakon sebagai unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi dan narasi) Teater sebagai hasil karya (seni) merupakan satu kesatuan yang utuh antara manusia sebagai unsur utamanya dengan unsur –unsur penunjang dan penjalinnya. Dan dapat dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan segala macam pernyataan seni.
4.2.1. Bentuk Teater Indonesia berdasarkan pendukungnya : a. Teater rakyat yaitu teater yang didukung oleh masyarakat kalangan pedesaan , bentuk teater ini punya karakter bebas tidak terikat oleh kaidah-kaidah pertunjukan yang kaku, sifat nya spontan,improvisasi. Contoh : lenong, ludruk, ketoprak dll.
b. Teater Keraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan keraton dan kaum bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk lingkungan terbatas dengan tingkat artistik sangat tinggi,cerita berkisar pada kehidupan kaum bangsawan yang dekat dengan dewadewa . Contoh : teater Wayang
c. Teater Urban atau kota-kota. Teater ini Masih membawa idiom bentuk rakyat dan keraton . teater jenis ini lahir dari kebutuhan yang timbul dengan tumbuhnya kelompok-kelompok baru dalam masyarakat dan sebagai produk dari kebutuhan baru , sebagai fenomena modern dalam seni pertunjukan di Indonesia.
d. Teater kontemporer,yaitu teater yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe melainkan sebagai individu . dalam dirinya terkandung potensi yang besar untuk tumbuh dengan kreatifitas yang tanpa batas. Pendukung teater ini masih sedikit yaitu orang-orang yang menggeluti teater secara serius mengabdikan hidupnya pada teater dengan melakukan pencarian, eksperimen berbagai bentuk teater untuk mewujudkan teater Indonesia masa kini.
Sebagian besar daerah di Indonesia mempunyai kegiatan berteater yang tumbuh dan berkembang secara turun menurun. Kegiatan ini masih bertahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang erat hubungannya dengan budaya agraris (bertani) yang tidak lepas dari unsur-unsur ritual kesuburan, siklus kehidupan maupun hiburan. Misalnya : untuk memulai menanam padi harus diadakan upacara khusus untuk meminta bantuan leluhur agar padi yang ditanam subur, berkah dan terjaga dari berbagai gangguan. Juga ketika panen, sebagai ucapan terima kasih maka dilaksanakan upacara panen. Juga peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang (kelahiran, khitanan, naik pangkat/ status dan kematian dll) selalu ditandai dengan peristiwa-peristiwa teater dengan penampilan berupa tarian,nyanyian maupun cerita, dengan acara, tata cara yang unik dan menarik. Teater rakyat adalah teater yang hidup dan berkembang dikalangan masyarat untuk memenuhi kebutuhan ritual dan hiburan rakyat.
4.2.2 Fungsi – Fungsi Teater Rakyat Fungsi – Fungsi Teater Rakyat :
1. Pemanggil kekuatan gaib
2. Menjemput roh-roh pelindung untuk hadir ditempat terselenggaranya pertunjukan
3. Memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat.
4. Peringatan pada nenek moyang dengan mempertontonkan kegagahan maupun kepahlawanannya.
5. Pelengkap Upacara sehubungan dengan peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang.
6. Pelengkap upacara untuk saat-saat tertentu dalam siklus waktu.
7. sebagai media hiburan. Ciri-ciri umum teater rakyat diantaranya :
1. Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa sejarah, dongeng, mitologi atau kehidupan sehari-hari.
2. Penyajian dengan dialog, tarian dan nyanyian
3. Unsur lawakan selalu muncul
4. Nilai dan laku dramatik dilakukan secara spontan dan dalam satu adegan terdapat dua unsur emosi sekaligus yaitu tertawa dan menangis.
5. Pertunjukan mempergunakan tetabuhan atau musik tradisional
6. Penonton mengikuti pertunjukan secara santai dan akrab bahkan terlibat dalam pertunjukan dengan berdialog langsung dengan pemain.
7. Mempergunakan bahasa daerah.
8. Tempat Pertunjukan terbuka dalam bentuk arena (dikelilingi penonton)
SENI PERAN
      Kekuatan utama yang menjadi daya tarik sebuah pertunjukan teater adalah akting atau tingkah laku para pemain dalam memerankan tokoh yang sesuai dengan tuntutan karakter dalam naskah. Kekuatan inilah yang akan menjadi magnit , bagus , menarik ,indah, punya kekuatan atau tidak berkarakter, tidak menarik bahkan membosankan akan menentukan penonton bertahan tidaknya ditempat duduknya.
     Virtuositas adalah kekuatan atau daya tarik seniman yang dilahirkan dari keterampilan,kecerdasan serta pendalaman sepenuh hati dan jiwa pada karya yang ditampilkan, sehingga menimbulkan rasa empati dan simpati bagi yang melihatnya. Untuk tampil bagus dan menarik dipanggung teater,seorang aktor harus menguasai berbagai tehnik dan keterampilan seni peran. Seperti dikatakan oleh stanislavsky, seorang aktor harus menguasai olah tubuh, vokal, dan harus mempunyai daya konsentrasi, imajinasi, fantasi, observasi serta mempunyai kecerdasan, wawasan, pengetahuan yang luas tentang berbagai hal dalam kehidupannya. Sehingga ketika sorang aktor membawakan peran tokoh dalam sebuah pementasan akan tampil dengan kedalaman karakter yang indah, menarik dan penuh penghayatan yang sesuai dengan tuntutan naskah pertunjukan. Pemahaman mengenai karakter ini adalah penggambaran sosok tokoh peran dalam tiga dimensi yaitu keadaan fisik, psikis dan sosial.
     Keadaan fisik meliputi ; umur, jenis kelamin,cirri-ciri tubuh, cacat jasmaniah,cirri khas yang menonjol,suku bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus gemuk, suka senyum/ cemberut dan sebagainya. Keadaan psikis meliputi ; watak, kegemaran, mentalitas,standar moral, temperamen,ambisi, kompleks psikologis yang dialami, keadaan emosi dan sebagainya.Keadaan sosiologis meliputi ; jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, ideologi dan sebagainya, keadaan sosiologis seseorang akan berpengaruh terhadap prilaku seseorang, profesi tertentu akan menuntut tingkah laku tertentu pula. Pencapaian seorang aktor dalam mewujudkan sosok peran sesuai karakter ini juga ditentukan oleh pengalaman dan kepekaannya dalam menghayati kehidupan serta pengalaman tampil dalam berbagai pementasan. WS. Rendra menyebutkan bahwa dalam pementasan ada empat sumber gaya yaitu aktor atau bintang, sutradara, lingkungan dan penulis.
      Aktor atau bintang menjadi sumber gaya artinya kesuksesan pementasan ditentukan oleh pemain-pemain kuat yang mengandalkan kepopuleran, kemasyuran , ketampanan atau kecantikan atau daya tarik sensualnya. Pemain bintang akan menjadi pujaan penonton dan akan menyebabkan pementasan berhasil . jika yang dijadikan sumber gaya adalah actor dan bukan bintang maka kecakapan berperan diandalkan untuk memikat penonton . aktor harus menghayati setiap situasi yang diperankan dan mampu secara sempurna menyelami jiwa tokoh yang dibawakan serta menghidupkan jiwa tokoh sebagai jiwa sendiri.
4.4 Akting Ajaran akting menurut Boleslavsky dalam buku Enam Pelajaran Pertama Bagi Calon Aktor : 1. Pelajaran pertama : Konsentrasi Pemusatan pikiran merupakan latihan yang penting dalam akting, konsentrasi bertujuan aagar actor dapat mengubah diri menjadi orang lain , yaitu peran yang dibawakan . juga berarti aktor mengalami dunia yang lain dengan memusatkan segenap cita, rasa dan karsanya pada dunia lain itu. Jadi tidak boleh perhatiannya goyah pada dirinya sendiri dan pada penonton. Meskipun lakon berjalan, konsentrasi aktor tidak boleh mengendor, juga jika saat itu tidak kebagian dialog atau gerakan .kesiapan batin untuk mengikuti jalannya cerita sampai berakhir, memerlukan konsentrasi. Latihan konsentrasi dapat dilakukan melalui fisik (seperti yoga), latihan intelek atau kebudayaan(misalnya menghayati musik, puisi,seni lukis) dan latihan sukma (melatihan kepekaan sukma menanggapi segala macam situasi).
2. Pelajaran kedua : Ingatan Emosi. The transfer of emotion merupakan cara efektif untuk menghayati suasana emosi peran secara hidup wajar dan nyata. Jika pelaku harus bersedih , dengan suatu kadar kesedihan tertentu dan menghadirkan emosi yang serupa, maka kadar kesedihan itu takatannya tidak akan berlebihan, sehingga tidak terjadi over acting. Banyak peristiwa yang menggoncangkan emosi secara keras dan hanya aktor yang pernah mengalami goncangan serupa dapat menampilkan emosi serupa kepada penonton dengan takaran yang tidak berlebihan.
3. Pelajaran ketiga : Laku Dramatik Tugas utama aktor menghidupkan atau memperagakan karakter tokoh yang diperankannya, dan menghidupkan aspek dramatisasi melalui ekspresi atau mimik wajah melalui dialog, dan pemanfaatan seting pendukung (misal membanting). Aktor harus selalu mengingat apa tema pokok dari lakon itu dan dari perannya, untuk menuju garis dan titik sasaran yang tepat dengan begitu ia dapat melatih berlaku dramatik Artinya bertingkah laku dan berbicara bukan sebagai dirinya sendiri, tetapi sebagai pemeran, untuk itu memang diperlukan penghayatan terhadap tokoh itu secara mendalam sehingga dapat diadakan adaptasi
4. Pelajaran keempat : Pembangunan watak Setelah menyadari perannya dan titik sasaran untuk peranannya itu aktor harus membangun wataknya sehingga sesuai dengan tuntutan lakon. Pembangunan watak itu didahului dengan menelaah struktur fisik, kemudian mengidentifikasiannya dan menghidupkan watak itu seperti halnya wataknya sendiri. Dalam proses terakhir itu diri aktor telah luluh dalam watak peran yang dibawakannya, atau sebaliknya watak peran itu telah merasuk kedalam diri sang aktor.
5. Pelajaran Kelima : Observasi Jika ingatan emosi, laku dramatik dan pembangunan watak sulit dilakukan secara personal, maka perlu diadakan observasi untuk tokoh yang sama dengan peran yang dibawakan. Untuk memerankan tokoh pengemis dengan baik , perlu mengadakan observasi terhadap pengemis dengan ciri fisik, psikis dan sosial yang sesuai
6. Pelajaran Keenam : Irama Semua kesenian membutuhkan irama, akting seorang aktor juga harus diatur iramanya, agar titik sasaran dapat dicapai , agar alur dramatik dapat mencapai puncak dan penyelesaian. Irama juga memberikan variasi adegan, sehingga tidak membosankan. Irama permainan ditentukan oleh konflik yang terjadi dalam setiap adegan.
7. Suara dan Cakapan Suara dan cakapan adalah dua hal pokok yang harus digarap dengan nada yang sesuai, karena keduanya sangat menentukan suksesnya pementasan. Siswa perlu dilatih mengucapkan vocal a, I, u, e, o dengan mulut terbuka penuh. Mungkin dalam percakapan sehari-hari ini tidak perlu; akan tetapi di pentas, hal-hal yang sehari-hari perlu diproyeksikan karena suara diharapkan dapat sampai pada penonton di deretan tempat duduk paling belakang. Ada kalanya seorang pemain mampu mengucapkan kata dengan jelas atau “las-lasan”, tetapi toh dialog yang diucapkannya tidak merangsang pengertian. Jika ini terjadi, maka persoalannya pada apa yang lazim disebut phrasering technique atau teknik mengucapkan dialog. Kalimat atau dialog yang panjangharus dipenggal-penggal lebih dahulu, sesuai denga satuansatuan pikiran yang dikandungnya. Satu hal lagi yang masih berhubungan dengan latihan vokal ialah perlunya dipahami adanya nada ucapan. Kata “gila” dapat berarti umpatan keras, pujian, kekaguman, jika diucapkan dengan nada yang berbeda-beda. Ini artinya nada ucapan tidak hanya berfungsi untuk menciptakan dinamika, tetapi juga menciptakan makna. Pada saat pemain mengucapkan dialog, kata-kata ternyata tidak diucapkan datar, tetapi terkandung di dalamnya lagu kalimat. Lagu kalimat itu menyarankan pertanyaan, perintah, kekaguman, kemarahan, kebencian, kegembiraan, dan sebagainya. Di samping itu, lagu kalimat juga menyarankan dialek tertentu, misalnya dialek Jawa seperti terdengar dari lagu kalimat yang diucapkan pemeran dalam drama seri Losmen; dalam film Naga Bonar terdengar lagu kalimat yang menyarankan dialek Batak.

4.5 Gaya Akting Pemahaman dan penafsiran tentang prinsip berteater, dalam proses aktualisasinya oleh para seniman penggarap atau sutradara, terbagi dalam dua pemahaman yang berbeda yaitu :
   Teatrikalisme adalah praktek berteater yang bertolak dari anggapan bahwa teater adalah Teater. Suatu dunia dengan kaidah-kaidah tersendiri yang berbeda dgn kaidah-kaidah kehidupan, teater tidak perlu sama dengan kehidupan kehidupan distilasi (digayakan) dan di Distorsi (dirusak), prinsip seperti ini dapat kita lihat dalam teater-teater tradisional. Atau teater- teater kontemporer. Melahirkan gaya akting grand style ( akting di besar-besarkan ) dan Komikal yaitu gaya akting dengan mengekplorasi kelenturan tubuh sehingga menampilkan tubuh-tubuh dengan gestikulasi yang unik dan lucu
   Realisme adalah eater harus merupakan ilusi atau cermin kehidupan nyata (Realitas). Teater Ilusionis, kehidupan ditiru setepat mungkin agar ilusi tercapai. pemahaman ini berkembang dalam teater barat (konvensional). Gaya aktingnya adalah gaya realis yaitu wajar mirip dengan gaya kehidupan sehari-hari. Untuk melatih tehnik keaktoran maka diperlukan naskah sebagai pijakan dalam mewujudkan suatu peranan. Dibawah ini terdapat beberapa cuplikan naskah dari beberapa penulis drama yang sudah terkenal, dengan berbagai gaya penulisan naskah yang dapat kalian mainkan sebagai latihan pemeranan.


4.6. Beberapa istilah dalam teater Dalam membicarakan drama banyak kita jumpai istilah yang erat hubungannya dengan pementasan drama, antara lain sebagai berikut :
1. Babak Babak merupakan bagian dari lakon drama. Satu lakon drama mungkin saja terjadi dari satu, dua, atau tiga babak mungkin juga lebih. Dalam pementasan, batas antara babak satu dan babak lain ditandai dengan turunnya layar, atau lampu penerang panggung dimatikan sejenak. Bila lampu itu dinyalakan kembali atau layar ditutup kembali, biasanya ada perubahan penataan panggung yang menggambarkan setting yang berbeda. Baik setting tempat, waktu, maupun suasana terjadinya suatu peristiwa.
2. Adegan Adegan adaalh bagian dari babak. Sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana yang merupakan bagian dari rangkaian suasana-suasana dalam babak. Setiap kali terjadi penggantian adegan tidak selalu diikuti dengan penggantian setting.
3. Prolog Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog memainkan peran yang besar dalam menyiapkan pikiran penonton agar dapat mengikuti lakon(cerita) yang akan disajikan. Itulah sebabnya, prolog sering berisi lakon, perkenalan tokoh-tokoh dan pemerannya, serta konflik-konflik yang akan terjadi di panggung.
4. Epilog Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan. Isinya, biasanya berupa kesinpulan atau ajaran yang bisa diambil dari tontonan drama yang baru disajikan.
5. Dialog Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memainkan peran yang amat penting karena menjadi pengarah lakon drama. Artinya, jalannya cerita drama itu diketahui oleh penonton lewat dialog para pemainnya. Agar dialog itu tidak hambar, pengucapannya harus disertai penjiwaan emosional. Selain itu, pelafalannya harus jelas dan cukup keras sehingga dapat didengar semua penonton. Seorang pemain yang berbisik, misalnya harus diupayakan agar bisikannya tetap dapat didengarkan para penonton.
6. Monolog Monolog adlah percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri. Apa yang diucapkan itu tidak ditujukan kepada orang lain. Isinya, mungkin ungkapan rasa senang, rancana yang akan dilaksanakan, sikap terhadap suatu kejadian, dan lain-lain.
7. Mimik Mimik adalah ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain. Ekspresi wajah pemain ayng sedang sedih tentu saja berbeda dengan ketika sedang marah
8. Gestur Gestur adalah gerak-gerak besar, yaitu gerakan tangan kaki, kepala, dan tubuh pada umumnya yang dilakukan pemain.
9. Bloking adalah aturan berpindah tampat dari tempat yang satu ke tempat yang lain agar penampilan pemain tidak menjemukan.
10. Gait Gait berbeda dengan bloking karena gait diartikan tanda-tanda khusus pada cara berjalan dan cara bergerak pemain. Layar adalah kain penutup panggung bagiandepan yang dapar dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan. Tidak semua panggung dilengkapi layar
4.7. Unsur-unsur Lakon Teater
1. Tema cerita Agar cerita menarik perlu dipilih topik, contoh tema masalah Keluarga topiknya misal Pilih Kasih
2. Amanat Sebuah sajian drama yang menarik dan bermutu adalah memiliki pesan moral yang ingin disampaikan kepada penonton.
3. Plot Lakon drama yang baik selalu mengandung konflik, plot adalah jalan cerita drama. Plot drama berkembang secara bertahap, mulai dari konflik yang sederhana hingga menjadi konflik yang kompleks sampai pada penyelesaian konflik. Penyelesaian konflik ada yang happy ending, atau berakhir sedih atau penonton disuguhkan cerita dengan menafsirkan sendiri akhir cerita. Ada enam tahapan plot :
a. Eksposisi Tahap ini disebut tahap pergerakan tokoh
b. Konflik Dalam tahap ini mulai ada kejadian
c. Komplikasi Kejadian mulai menimbulkan konflik persoalan yang kait-mengkait tetapi masih menimbulkan tanya tanya.
d. Krisis Dalam tahap ini berbagai konflik sampai pada puncaknya
e. Resolusi Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik
f. Keputusan Adalah akhir cerita
4. Karakter Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam drama. Ada tokoh berwatak sabar, ramah dan suka menolong, sebaliknya bisa saja tokoh berwatak jahat ataupun bisa juga tokoh berdialek suku tertentu.
5. Dialog Jalan cerita lakon diwujudkan melalui dialog dan gerak yang dilakukan para pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menghidupkan plot lakon.
6. Setting Setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu adegan. Karena semua adegan dilaksanakan di panggung maka panggung harus bisa menggambarkan setting apa yang dikehendaki. Panggung harus bisa menggambarkan tempat adegan itu terjadi: di ruang tamu, di rumah sakit, di tepi sungai, di kantin, atau di mana? Penataan panggung harus mengesankan waktu: zaman dahulu, zaman sekarang, tengah hari, senja, dini hari, atau kapan? Demikian pula unsur panggung harus diupayakan bisa menggambarkan suasana: gembira, berkabung, hiruk pikuk, sepi mencekam, atau suasana-suasana lain. Semua itu diwujudkan dengan penataan panggung dan peralatan yang ada. Panggung dan peralatan biasanya amat terbatas. Sementara itu, penggambaran setting sering berubah-ubah hampir setiap adegan. Bagaimana caranya? Penata panggung yang mengatur semua itu. Karena itu, penata panggung harus jeli dan pandai-pandai memanfaatkan dan mengatur peralatan yang terbatas itu untuk sedapat-dapatnya menggambarkan tempat, waktu, dan suasana seperti yang dikehendaki lakon drama.
7. Interpretasi Apa yang dipertontonkan ceritanya harus logis, dengan kata lain lakin yang dipentaskan harus terasa wajar. Bahkan harus diupayakan menyerupai kehidupan yang sebenarnya.

4.8. Unsur-unsur Pementasan a. Naskah b. Pemain c. Sutradara d. Tata rias e. Tata biarama f. Tata panggung g. Tata lampu h. Tata Suara i. Pentonton

a. Naskah Naskah adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah tersebut termuat nama-nama dan lakon tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang juga dilengkapi penjelasan tentang tata busana, tata lampu dan tata suara (musik pengiring)
b. Pemain Pemain adalah orang yang memeragakan cerita, berapa jumlah pemain yang disesuaikan dengan tokh yang dibutuhkan dalam cerita, setiap tokoh akan diperankan seorang pemain
c. Sutradara Sutradara adalah pemimpin dalam pementasan, tugas sutradara sangat banyak dan beban tanggung jawabnya cukup berat, sutradara memilih naskah, menentukan pokok-pokok penafsiran naskah, pemilihan pemain, melatih pemain dan mengkoordinasikan setiap bagian
d. Tata Rias Fungsi tata rias adalah menggambarkan tokoh yang dituntut misalnya seorang pemain memerankan tokoh kakek maka wajah dan rambutnya dibuat tamak tua.
e. Tata Busana Penata rias dan penata b usana harus bekerjasama saling memahami, saling menyesuaikan, penata ris dan penata busana harus mampu menafsirkan dan memantaskan ris dan pakaian yang terdapat dalam naskah cerita misal tokoh nenek melarat, maka pakaian yang dikenakan tidak menggunakan pakaian yang bagus dan mahal, karena kesalahan dalam busana dapat juga mengganggu jalannya cerita.
f. Tata Lampu Pengaturan cahaya di panggung dibutuhkan untuk mendukung jalan cerita yang menerangkan tempat dan waktu kejadian pada sebuah cerita, untuk menggambarkan kejadian pada malam hari atau siang hari, menggambar kejadian misal di tempat romantis.
g. Tata Suara Musik dalam pertunjukan drama adalah untuk mendukung suasana, misal penggambaran kesedihan, ketakutan, kemarahan dan lain-lain misal penggambaran cerita kesedihan seorang anak, kalau diiringi musik yang sesuai, tentu kesedihan ini akan lebih terasa diiringi musik berirama lembut, alat musik yang digunakan hanya seruling yang mendayu-dayu, ketika adegan kemarahan diiringi musik berirama cepat dan keras, penata musik berirama cepat lagu yang sudah ada ataupun menciptakan lagu sendiri, penata suara harus memiliki kreativitas yang tinggi.
h. Penonton Penonton termasuk unsur penting dalam pementasan. Bagaimanapun sempurnanya persiapan, kalau tak ada penonton rasanya tak akan dimainkan. Jadi, segala unsur yang telah disebutkan sebelumnya pada akhirnya untuk penonton.

Berkarya Seni Teater

0 comments

Berkarya Seni Teater


Media Akting

a.    Vokal


      Adalah unsur utama untuk menyampaikan pikiran dan perasaan secara verbal dari rangkaian dialog yang dihafalkan pemain .Beberapa jenis aksen yang harus diperhatikan seorang pemain sbb :


1.     Aksen dinamik


Merupakan bagian kata atau kalimat yang diucapkan lebih keras daripada yang lain .


2.    Aksen tempo


Merupakan kata yang lebih penting daripada kata yang lain . Adegan yang penting biasanya temponya lambat , sedang adegan yang tidak penting biasanya dimainkan dengan tempo cepat . Adegan sangat penting diberi jeda atau hening .


3.    Aksen nada atau notasi


Sebuah kalimat akan memiliki arti yang berbeda bila dilagukan dengan intonasi yang berbeda .


b.    Imajinasi


Merupakan tindakan kreatif berupa pengadaian dari tiada menjadi seperti ada . Sehingga pemain tidak perlu melakukan hal yang sesungguhnya dalam berakting .


c.    Pancaindera


Dibagi menjadi 5 bagian , yaitu : indera penglihatan , indera pendengaran , indera penciuman , indera perasa , indera peraba .


d.    Tubuh atau raga


Merupakan wujud peran dan acting secara total , baik dilakukan dengan mengikuti aturan maupun improvisatif .


e.    Intelejensi


Seorang actor atau aktris sebaiknya adalah seorang intelektual yang memiliki wawasan budaya . Ia harus memiliki standar pemikirran tertentu sebagai suatu kebenaran walaupun sifatnya sementara .  Dengan kecerdasannya pula ia dapat melakukan acting  dan memiliki karakter yang berbeda dalam setiap  perannya .


Teknik Bermain Teater


a.    Olah Tubuh , antara lain :


1)    Relaksasai

2)   Ekspresi

3)   Gesture

4)   Gestikulasi

5)   Olah mimic

6)   Olah tubuh


b.    Pikiran


1)    Konsentrasi

2)   Observasi dan empati

3)   Aksi dan emosi

4)   Motivasi

5)   Imajinasi


c.    Suara


1)    Pernapasan

2)   Olah vocal

3)   Pengucapan

4)   Pembentukan suara

Merancang Pergelaran

a.    Pemilihan naskah

b.    Pembentukkan tim kerja dan casting pemain

c.    Latihan

d.    Persiapan Pertunjukkan

e.    Pementasan

Prinsip Kerja Sama

       Kerja sama mutlak dibutuhkan , semua harus berperan dalamposisinya masing-masing dan bekerja sama dengan semua pihak , dan menghindari sikap mementingkan dirinya sendiri . Keberhasilan pementasan tdak dapat diciptakan dengan mengabaikan sikap kerja sama .

ARTI TEATER

0 comments

ARTI Teater & Drama

1. Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai" yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya.
2. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak
3. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama

     Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.


ARTI TEATER

1. Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.
2. Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak
3. Dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.


AKTING YANG BAIK

     Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.

Dialog yang baik ialah dialog yang :

1. terdengar (volume baik)
2. jelas (artikulasi baik)
3. dimengerti (lafal benar)
4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

Gerak yang balk ialah gerak yang :

1. terlihat (blocking baik)
2. jelas (tidak ragu‑ragu, meyakinkan)
3. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

Penjelasan :

· Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh

· Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata‑kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.

· Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai . Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani bukan ber‑ani.

· Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah

· Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.



      Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai berikut :

· Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.

· Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.

Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Dalam hal mengatur balance, komposisinya:

· Bagian kanan lebih berat daripada kiri

· Bagian depan lebih berat daripada belakang

· Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah

· Yang lebar lebih berat daripada yang sempit

· Yang terang lebih berat daripada yang gelap

· Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi



     Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung

1. Jelas, tidak ragu‑ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah‑setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu‑ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting

2. Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.

3. Menghayati berarti gerak‑gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
 

CARA BISNIS ONLINE. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Bloganol dot com